Cinta...

Sebelumnya, topik yang sama pernah dibahas dalam "pacaran dalam islam". Silahkan cari dan baca. Tapi pos kali ini akan melihat dari sudut pandang berbeda.  Dan post ini sebenarnya bukan kehendak saya, namun permintaan teman saya yang meminta saya untuk membuatnya dari sudut pandang saya.

Tulisan ini seperti yang saya bahas pada lounge, bahwa setiap tulisan saya akan seperti pedang. Bisa bermanfaat baik juga bisa bermanfaat buruk. Jadi tergantung persepsi anda. Sekali lagi, atas nama kebebasan berpendapat, saya akan tuangkan pikiran saya ke post ini. 
Sesuai judul, cinta. Satu kata yang luar biasa. Karena bisa merubah emosi, empati dan simpati seorang. Cinta itu relatif. Bisa cinta kepada orang tua, tuhannya, temannya, gurunya, kekasihnya, musuhnya dll. Namun, anggapan orang tentang cinta selalu menjurus ke Kekasih. Padahal cinta itu relatif subjeknya. Oke, kali ini saya akan menempatkan sudut pandang cinta dengan kekasih. Karena yang sering menjadi masalah adalah cinta terhadap kekasih. Hahaha memang saya belum pernah mendengar masalah cinta terhadap orang tua, guru dll. Jadi saya akan bahas yang kekasih. Ingat, yang akan saya bahas adalah ketika pacarannya, bukan saat merasakannya. Kalo cuma merasakannya, itu fitrah semua manusia dan itu indah :)
Saya akan memposisikan pembaca sederajat dengan saya yang masih SMA, jadi belum menginjak apa itu cinta yang berkomitmen. Atau kata teman2 saya istilahnya cinta monyet. Nah,sebenarnya kalau kita masih SMA, kalau di sudut pandang saya, cinta belum masuk daftar yang harus dipenuhi. Dan itu memang belum perlu. Tapi kebanyakan teman saya sih sudah ada yang terlibat dengan cinta. Disitu saya masih bingung kenapa mereka bisa terlibat. Apakah karena memang mereka tidak sadar atau terkena 'ilusi' indahnya cinta mereka? Atau memang mereka benar2 ingin berkomitmen melaksanakan cinta? Haha kemungkinan yang kedua jelas tidak mungkin. Kalaupun iya pasti itu cuma menjadi alasan mereka. Tapi menurut saya, mayoritas dari mereka terkena ilusi mereka sendiri. Penjelasannya begini : misalnya si A suka sama si B karena suatu hal (fisik, sifat, attitude, dll) nah si A terobsesi untuk bisa memiliki si B. dan si A berusaha untuk mendekati si B. dan jika beruntung, si B mungkin juga suka dengan si A karena suatu hal juga (fisik, sifat, attitude/ perhatiannya dll) dan mereka pun terkena ilusi mereka sendiri untuk saling memiliki. Dan jadilah mereka. Setelah 1 minggu, mereka akan saling mencoba untuk saling lebih dekat. Apapun mereka lakukan untuk membuat senang pasangan. Dan disinilah titik kedua kesalahan mereka setelah titik pertama ketika mereka terkena ilusi. Saat ingin membahagiakan satu sama lain, mereka sering melupakan kehidupan dulunya. Mereka jadi lupa teman, lupa kewajiban. Seolah2 dunia menjadi milik mereka berdua. Bahkan terkadang mereka sampai melupakan tuhannya. Pernah tau yang gombal "aku hanya hidup untukmu", "cintaku hanya untukmu", "aku tak bisa hidup tanpamu". Itu semua bullshit. Omong kosong. Mereka telah melupakan tuhannya bila berkata seperti itu. Bahkan mereka sudah berani memanggil satu sama lain dengan sebutan2 yang jelas bukan haknya untuk mengatakan itu. Terkadang mereka masih mengelak untuk bisa membagi waktu dengan teman, nyatanya? Minor! 
Dan ketika hubungan sudah mulai lama, 4 bulan lebih, suasana berbeda dengan seminggu awal jadian. Mereka akan sedikit menjauh. Akan ada suasana berbeda. Dan lama kelamaan mereka pun putus. Dan saat putus, akan ada pihak yang senang dan ada pihak yang sedih. Terkadang malah ada yg sama2 senang (walau disembunyikan) atau sama2 sedih. Dan saat itulah dunia yang mereka anggap indah berubah menjadi menyedihkan. Dan intinya mereka berpisah. 
Reviewnya, jika kita masih berstatus pelajar, sebaiknya jangan sampai lah kita terlibat dengan cinta. Apalagi gara2 cinta kita jadi kehilangan diri sendiri. Saya sendiri pun pernah terlibat waktu SMP. Dan setelah banyak hal yang saya alami, saya menjadi tahu bahwa itu hal yang belum tepat untuk kita alami. Lalu apa yang dilakukan apabila kita merasakannya? Yang jelas, simpan dulu rasa itu hingga waktu yang tepat. Memang sulit, tapi imbalan kesabaran adalah hal yang paling indah. Namun, tidak semua remaja sama seperti yang saya bahas. Karena setiap manusia itu berbeda.
Intinya, merasakan cinta itu boleh, karena itu sebuah fitrah. Namun cinta yang salah niat dan tujuan lah yang membuat itu tidak baik. Karena cinta memang tidak butuh alasan, tapi Satu2nya alasan untuk mencintai hanyalah yang menciptakan rasa cinta tersebut. Allah SWT. 
Ketika kita remaja, membahas cinta bukanlah hal tabu. Tapi untuk melaksanakannya, itu hal yang belum perlu. Percayalah pada Allah, bahwa cinta yang tepat pada waktunya juga akan tepat pada tempatnya. 
Oke, thats all! Semoga bermanfaat.

Reviewed by -Kikik Efendi* World on 12/23/2014 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.